Sabtu, 30 Juli 2011

Tale 1 : Kesalahan

Dulu, walau masihbelum bisa dibilang 'dulu' juga, aku memiliki seseorang yang sangat aku sayang. Sayang. Entah sudah jadi Cinta atau tidak. Aku tidak berani bilang Cinta. Karena bagi ku itu tidak dikatakan. Hanya tersirat. Dan yang bisa melihatnya hanya orang yang benar-benar memiliki tingkat perhatian yang cukup tinggi. Yang jelas saja, mantan ku tersayang itu tidak memiliki tingkat perhatian seperti itu.

Maaf. Aku bisa menilai seperti itu karena selalu terjadi kesalahpahaman diantara kami. Aku tidak akan mengelak. Terkadang aku juga tidak mengerti apa keinginan nya. Rumit. Itulah kenyataannya. Namun satu yang pasti, Aku sangat menyayanginya. Kuberikan segalanya untuknya. Oke. Jangan berpikir terlalu jauh. Hubungan aku dan dia hanyalah 'Long Distance Relationship'. Kami tidak pernah bertatap muka. Saling menyentuh dengan nyata. Tidak pernah bertemu. Hanya lewat telepon dan sms. Dunia maya yang mempertemukan kami. Yah, beberapa kali via Skype tapi tidak dapat dibilang berhasil. Koneksi terkadang lebih bermasalah daripada perut, kan?

Aku menyayanginya, Sayang sekali. Dia terlalu lembut, baik hati dan polos untuk ukuran genre nya. Tapi itulah nilai lebihnya. Itu pula yang membuat ku sangat menyayanginya. Dia manis. Selalu berhasil membuat ku geregetan. Suaranya rendah tapi enak didengar. Tutur bahasanya sopan dan khas daerahnya. Pemikirannya polos bahkan masuk daftar lemot. Itu semua membuat ku semakin menyayanginya.

Yang paling ku suka adalah saat dimana aku bisa membayangkan mengelus lembut kepalanya yang tertidur dipangkuan ku saat dia kelelahan. Mengelus rambutnya dan membelai wajahnya saat dia telah tertidur. Menyentuh pipinya, matanya, hidungnya. Dia benar-benar manis sekali. Itu adalah yang terindah yang pernah dipersembahkan oleh otak dan imajinasi ku. Kuberitahu rahasia kecil ku. Sebenarnya sampai sekarang pun, walau sudah tidak memilikinya lagi, disaat aku merasa sangat merindukannya, aku akan membayangkan dia tertidur di sampingku :)

Aku suka saat dia benyanyi. Suaranya. Terdengar lembut di telinga ku. lebih lembut dari bulu kucing dan ini tidak akan membuat ku alergi. Dia selalu berusaha menyanyi walau suaranya kadang tidak sampai pada nadanya. Walaupun begitu, suaranya selalu berhasil menenangkan ku. Biasanya hanya suara dentingan tuts piano atau gesekan biola yang mampu menjernihkan pikiran ku. Tapi mendengar nyanyian dari mulutnya itu pengecualian, ku rasa. Aku tidak pernah memberitahukan nya. Bahwa sebenarnya, alasan mengapa aku sering memintanya menyanyi adalah untuk memberikan asupan energi pada diri ku sendiri. Simpel. Seperti men-charger alat elektronik biasa. Mendengarkan suaranya dapat mengembalikan mood ku menjadi baik. Ku yakin dengan sangat, dia bahkan tidak akan sadar alasan ku selalu memintanya bernyanyi. Bahkan walau sering memaksa nya.

Ku pikir dia sangat tidak mengenal ku. Sering memprotes diri ku dan bilang aku egois. Mungkin dia benar. Tapi aku juga belum tentu mengenalnya dengan baik. Lagi. Aku terkadang tidak mengerti akan keinginannya. Impas.

Diakhir hubungan ku dengan nya, benar-benar akhir maksud ku. Aku mengetahui suatu kenyataan yang cukup pahit. Itu agak 'Memberi garam pada luka yang belum kering'. Dia, dengan bahasanya yang sopan dan khas daerahnya, dengan segala kepolosan dan kebaikan serta kelembutan yang dimilikinya, mengatakan bahwa aku adalah kesalahan. Sakit. Perih sekali. Mau bagaimana lagi?? Bukan statmen langsung. Tapi aku yakin itu adalah maksud dari kata-katanya. Aku adalah Kesalahan.

Aku tahu. Dalam hubungan kami, hanya sedikit kenangan yang bisa dikenang dengan indah. Sebagian besar adalah imajinasi ku, kalau itu bisa disebut kenangan. Dan sisanya lebih mirip kenangan buruk, mungkin. Tapi kalau sampai di bilang sebagai Kesalahan, itu terlalu. Sungguh. Tapi sudahlah. Aku adalah kesalahan. Ku ulangi. Aku adalah Kesalahan.

Dia benar. Aku adalah kesalahan. Aku memang sebuah kesalahan. Tidak bisa kujelaskan secara rinci, karena aku juga kurang begitu mengerti kenapa aku bisa mengatakan itu. Tapi ku yakin itu memang kesalahan ku hinga aku menjadi kesalahan. Semua salah ku. Entah darimana ku dapat keyakinan itu.

Awalnya aku berkata pada diri ku sendiri. Dia lah yang salah menilai ku. Karena sebenarnya bagi ku yang terindah adalah saat aku bisa berbicara dengannya. Bercanda. Bermain. Bahkan saat menggoda nya dengan rayuan-rayuan gombal murahan. Walau hanya via telepon tapi itu menjadi saat yang terindah saat bersamanya. Kini sebut saja Kepingan Kenangan.

Tapi wajar dia menganggap aku adalah kesalahan. Karena lagi-lagi, ini memang salah ku. Seharusnya dari awal aku tidak pernah mendekatinya. Tidak memintanya untuk menjadi pacar ku. Tidak melibatkannya dalam hidup ku. Kisah ku. Aku salah. Sepenuhnya adalah kesalahan ku. Itu benar. Dia benar.

Hubungan ku dengan nya sekarang??
Tidak cukup baik. Oke. Baik di luar, bobrok didalam. Itu pasti. Tidak ada candaan lagi diantara kami. Bahkan menggunakan bahasa formal saat berkomunikasi. Tidak lagi ada via telepon. Hanya sms. Itupun bila aku yang mengirim sms pada nya duluan. Aku yang mulai. Dia yang mengakhiri. Berulang kali. Ramah tapi kosong. Rata-rata hanya komunikasi satu arah yang pendek. Sangat pendek. Terdengar buruk dan sebenarnya sangat menyakitkan bagi ku. Tapi lebih baik seperti ini daripada tidak dapat behubungan dengannya lagi. Daripada tidak sama sekali.

Aku masih sangat menyayanginya. Tidak cukup yakin akan mendapatkan seseorang yang lebih baik darinya. Karena pada dasarnya aku bukan orang yang mudah untuk jatuh cinta. Aku takut mendengar kabar kabar ia telah mendapat pengganti ku. Tapi di sisi lain, aku berharap dia cepat menemukan seseorang yang beruntung itu. Agar aku bisa memaki hati ku sendiri karena beberapa kali mencoba berharap memilikinya lagi. Bagaimanapun, dia telah menegaskan pada ku, bahwa kami tidak akan bisa menjalin hubungan seperti dulu lagi. Tidak akan bisa bersama lagi. Apapun yang terjadi. Menyedihkan. Dan jangan tanya kenapa. Aku benci mengingat hal itu.

Aku hanya berharap dapat terus berhubungan dengan dirinya. Sebagai teman. Mungkin sebagai kenalan jauh. Musuh? Musuhnya. Setidaknya masih memiliki hubungan daripada tidak sama sekali dan dilupakan olehnya. Dilupakan oleh nya. Memikirkannya saja sudah membuat perut ku bergejolak liar.

Aku berusaha untuk tidak mengharapkan cinta nya lagi. Aku berusaha untuk tidak berharap dapat memilikinya lagi walau hanya sebentar. Tidak. Tidak boleh. Tidak akan pernah terjadi harapan ku. Sakit. Mengharapkan nya pun terasa sakit. Lebih sakit. Sama saja.

"Aku adalah Kesalahan bagi Nya"
Ku ulangi kalimat itu terus-menerus dalam otak ku. Dalam hati ku. Setiap hari. Setiap saat. Satiap waktu. Setiap hati ku mulai berpikir untuk berharap. Lucu. Hati tidak punya otak, kan?

"Aku adalah Kesalahan bagi Nya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar